Lika-Liku Songket
(Kain Tenun Khas Palembang)
Songket hingga saat ini belum memiliki
pengertian yang resmi, namun menurut bahasa Palembang, songketberasal dari
kata disongsong dan
di-teket.
Kata “teket”
dalam baso
Palembang lamo artinya sulam. Kata tersebut merujuk pada
proses penenunan dengan memasukkan benang dan peralatan lainnya ke Lungsindengan
cara disongsong. Pembuatan kain songket pada dasarnya dilakukan
dengan cara disongsong dan disulam. Pendapat lain mengatakan Songket Palembang
berasal dari kata songko, yaitu kain penutup kepala yang dihias dengan
benang emas.
Songket Palembang konon merupakan peninggalan
dari kejayaan kerajaan Sriwijaya pada abad ke-9 Masehi. Kerajaan yang berdiri
pada abad ke-7 ini pada perkembangannya kemudian mampu menguasai lalu lintas
perdagangan di Selat Malaka, hingga mempunyai pengaruh cukup kuat di wilayah
India dan Cina.
Kain Songket memberikan nilai tersendiri yang
dapat menujukan “kebesaran” bagi orang-orang yang mengenakan dan membuatnya.
Rangkaian benang yang tersusun dan teranyam rapi dengan pola simetris itu,
menunjukkan bahwa kain songket dibuat dengan keterampilan masyarakat yang lebih
dari sekedar memahami cara untuk membuat kain, akan tetapi keahlian dan
ketelitian itu telah mendarah daging.
Sejak zaman prasejarah, nenek moyang bangsa
Indonesia sudah mengenal teknik menenun. Hal ini diperkuat dengan adanya
penemuan tembikar dari zaman neolitik yang di dalamnya terdapat kain tenun
kasar juga beberapa temuan fragmen kain tenun lainnya.
Salah satu yang menjadi “gudang tenun” di Nusantara adalah Pulau
Sumatra. Setiap daerah di wilayah ini bahkan mempunyai ciri khas tenunannya
masing-masing. Saling pengaruh-mempengaruhi antar tempat dan daerah di Pulau
Sumatra tentu saja tidak dapat dihindarkan, interaksi budaya tenun antar etnis
di Sumatra dan sekitarnya dimungkinkan terjadi karena letak geografis yang
saling berdekatan satu sama lain; dapat dicapai dengan mudah. Songket Palembang
sepintas tampak pengaruhnya pada kain-kain di wilayah Jambi, Riau, dan Sumatra
Utara.
Sekian dulu, lain kali kita ketemu lagi, hhh.